(Jaka Saputra)
Di tengah riuhnya dunia digital dan serbuan informasi instan, buku justru tetap menjadi kekuatan untuk membuka jendela dunia, menumbuhkan imajinasi, dan meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh, serta menemani perjalanan belajar sepanjang hayat.
Personifikasi buku sebagai sahabat, layaknya teman baik. Buku hadir dan menumbuhkan kedekatan emosional melalui ilmu pengetahuan, menjadikan proses belajar bukan lagi sebuah kewajiban dan jadi beban, melainkan petualangan mengasyikkan. Interaksi dengan buku, dapat memperkaya kosakata, memahami struktur bahasa yang kompleks, dan mengasah kemampuan berpikir kritis.
Buku fiksi, misalnya, mengajak pembaca untuk berempati dengan karakter dan situasi berbeda dari pengalaman mereka sendiri. Pembaca belajar memahami motivasi, konflik, dan resolusi, yang secara tidak langsung melatih kecerdasan emosional dan kemampuan sosial. Sementara itu, buku non-fiksi membuka cakrawala pengetahuan tentang berbagai disiplin ilmu, mulai dari sains, sejarah, hingga budaya. Informasi yang disajikan dalam buku memberikan landasan pengetahuan yang kokoh dan terpercaya. Lebih jauh lagi, persahabatan dengan buku mendorong imajinasi dan kreativitas. Ketika membaca sebuah cerita, pikiran kita secara aktif menciptakan visualisasi, mengisi kekosongan narasi, dan bahkan mengembangkan alur cerita alternatif. Proses ini melatih otak untuk berpikir di luar batas, menghasilkan ide-ide baru, dan mengembangkan solusi inovatif. Anak-anak yang terbiasa membaca memiliki kemampuan imajinasi yang lebih kaya, dan pada gilirannya akan mendukung perkembangan kreativitas dalam berbagai aspek kehidupan.
Oleh karena itu, buku dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan literasi, dan bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis. Namun, memahami, mengevaluasi, menggunakan, dan terlibat dengan teks untuk berpartisipasi dalam masyarakat, mencapai tujuan, dan mengembangkan pengetahuan dan potensi diri (UNESCO, 2017). Proses membaca aktif melibatkan otak secara keseluruhan, merangsang koneksi-koneksi saraf baru yang memperkuat kemampuan belajar dan memecahkan masalah.
Journal of Research in Reading menunjukkan, kebiasaan siswa yang intens membaca, cenderung memiliki pemahaman konsep lebih baik, kemampuan menulis lebih mahir, dan performa akademik lebih unggul di berbagai mata pelajaran (Smith et al., 2023). Lee & Garcia (2022) jurnal Early Childhood Education, pentingnya intervensi literasi dini bagi keberhasilan akademik untuk masa depan. Anak-anak yang sering dibacakan buku dan berinteraksi dengan bacaan sejak usia prasekolah menunjukkan perkembangan bahasa dan kognitif yang lebih pesat.
Persahabatan dengan buku membutuhkan lingkungan kondusif, dukungan keluarga dan masyarakat, dan akses bahan bacaan berkualitas. Di sinilah pentingnya perpustakaan, taman bacaan masyarakat, dan inisiatif-inisiatif literasi lainnya. Oleh karena itu, mari gaungkan semangat persahabatan dengan buku dan mendukung budaya membaca sejak dini untuk mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua. (Penulis merupakan mahasiswa Hukum Keluarga Islam /Ahwal As-Syakhsiyyah IAIN Pontianak)
Editor: Juniawati
Tim Website:
Monallisa
Nanda Meilisa Fitri
Pajar Wahyudi
- Diri Yang Terluka - 27 September 2025
- Batin - 27 September 2025
- Jerita Jiwa - 27 September 2025