(Monica Olivia)
Perkembangan teknologi di era global telah mengubah lanskap profesi akuntansi secara menyeluruh dan memberikan peluang lebih besar bagi perempuan untuk terlibat di dalamnya. Transformasi ini berdampak pada cara kerja, akses terhadap kepemimpinan, serta partisipasi perempuan dalam inovasi teknologi. Momentum hari Kartini, peran perempuan dalam profesi akuntansi menjadi topik penting, sejalan dengan semangat emansipasi dan kesetaraan yang diperjuangkan Kartini. Kini, perempuan di bidang akuntansi dihadapkan pada peluang dan tantangan baru yang menuntut adaptasi dan inovasi agar mampu berkontribusi secara strategis di tengah perubahan global.
Peluang Wanita dalam Profesi Akuntansi
Globalisasi dan digitalisasi telah membuka peluang besar bagi perempuan dalam profesi akuntansi. Teknologi menciptakan fleksibilitas kerja, memungkinkan perempuan menyeimbangkan antara karier dan kehidupan pribadi. Kesadaran perusahaan akan pentingnya keberagaman gender juga mendorong keterlibatan perempuan dalam posisi strategis. Dalam akuntansi syariah, nilai keadilan dan kesetaraan memberikan dasar kuat bagi partisipasi perempuan. Habibi, dkk (2024) menyatakan perempuan memiliki hak yang sama dalam mengakses pendidikan dan profesi dalam ekonomi Islam, termasuk akuntansi syariah. Meningkatnya kebutuhan akan akuntan syariah menjadi peluang khusus bagi perempuan Muslimah yang memahami prinsip keuangan Islam, terutama di sektor seperti perbankan syariah, lembaga zakat, dan organisasi keuangan sosial.
Tantangan Wanita dalam Profesi Akuntansi
Meski peluang terbuka dalam profesi akuntansi, tetapi perempuan masih menghadapi tantangan besar. Stereotipe gender yang memosisikan laki-laki sebagai pemimpin dan beban domestik yang lebih banyak dipikul oleh perempuan, seringkali menjadi hambatan karier, seperti tulisan Noviriani dan Fitriana (2024) bahwa akuntan akademisi perempuan mengalami kesulitan dalam mempertahankan karier pasca pandemi akibat beban ganda yang menimbulkan tekanan psikologis.
Di sisi lain, kemajuan teknologi seperti perkembangan teknologi seperti artificial intelligence (AI) dan internet of things (IoT) di era 5.0, menuntut profesi akuntan terus beradaptasi. Setiawati, dkk (2024) menyatakan, adaptasi terhadap teknologi digital merupakan tantangan besar, karena keterbatasan waktu dan akses terhadap pelatihan teknis, yang membuat kompetensi mereka bisa tertinggal dibanding rekan laki-laki, terutama dalam aspek teknis seperti penggunaan perangkat lunak akuntansi terbaru atau penerapan standar akuntansi internasional. Ini mengingat adanya tanggung jawab ganda yang perempuan emban.
Inovasi untuk Mendukung Partisipasi Wanita
Berbagai inovasi dibutuhkan untuk mendukung keterlibatan perempuan dalam profesi akuntansi. Salah satunya adalah program pelatihan dan mentoring khusus perempuan guna meningkatkan keterampilan dan kepercayaan diri.
Prinsip keadilan dalam ekonomi syariah dapat mendorong perempuan untuk berkembang dan berinovasi. Teknologi juga bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sistem kerja fleksibel, seperti model kerja remote atau hybrid. Selain itu, perempuan didorong untuk berkontribusi dalam inovasi melalui kewirausahaan berbasis teknologi, seperti startup akuntansi digital atau fintech syariah. Dukungan lembaga pendidikan dan inkubator bisnis menjadi faktor penting untuk merealisasikan potensi ini.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dapat berperan dalam menciptakan ruang kolaborasi dan dukungan karier bagi akuntan perempuan. Integrasi nilai-nilai syariah dalam manajemen bisnis juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif.
Peran strategis perempuan sebagai bukti emansipasi nyata dalam bidang keuangan dan akuntansi di Indonesia, seperti kiprah Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia. Meskipun secara administratif bukan praktisi akuntan publik, peran strategis Sri Mulyani dalam mengelola keuangan negara menjadikannya salah satu figur perempuan paling berpengaruh. Keberhasilannya menduduki posisi kepemimpinan tertinggi dalam sistem keuangan negara diakui menjunjung tinggi etika, integritas, dan profesionalisme.
Oleh karena itu, perempuan memiliki peran penting dan strategis dalam profesi akuntansi, baik konvensional maupun syariah. Meskipun menghadapi tantangan struktural, sosial, dan teknologi, tetapi peluang dan inovasi tetap terbuka lebar. Untuk itu, diperlukan kebijakan inklusif, pelatihan berkelanjutan, dan lingkungan kerja yang mendukung.
Di bidang akuntansi, kolaborasi lintas sektor—pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi profesi, dan dunia industri merupakan kunci dalam menciptakan ekosistem yang adil dan berkelanjutan bagi perempuan.
Semangat Kartini, penting untuk terus menghidupkan cita-cita emansipasi dengan menciptakan ruang yang adil dan setara bagi perempuan di dunia profesi, termasuk akuntansi. Kartini pernah berkata, “Habis Gelap Terbitlah Terang” dan kini, terang itu terus menyinari langkah perempuan Indonesia untuk berkiprah dalam pembangunan bangsa, termasuk melalui profesi akuntansi yang strategis dan berdampak luas. (Penulis merupakan Dosen Prodi Akuntansi Syari’ah FEBI di IAIN Pontianak)
Editor: Juniawati
Tim Web:
Monallisa
Nanda Meilisa Fitri
Pajar Wahyudi
- Diri Yang Terluka - 27 September 2025
- Batin - 27 September 2025
- Jerita Jiwa - 27 September 2025